/* Banner Iklan 125x125 */ #spotbanner{ overflow: hidden; padding:0; } .ad1, .ad3 { float: left; margin-bottom: 5px; padding-left:0px; } .ad2, .ad4 { float: right; margin-bottom: 5px; padding-right:0px; }

Rabu, 16 Februari 2011

DAMPAK PERKEMBANGAN IPA DAN TEKNOLOGI TERHADAP BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


BAB I PENDAHULUAN

A.      Latar belakang masalah
Dewasa ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin meningkat. Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi maka tidak akan dapat dipungkiri memberikan dampak negatif dan positif bagi kelangsungan hidup manusia. Dari dampak positif tersebut manusia dapat mempergunakannya untuk kesejahteraan hidupmya. Dalam hal ini ada kaitannya terhadap pendidikan bahasa dan sastra Indonesia.
Bahasa merupakan alat berkomunikasi. Sebagai alat berkomunikasi, bahasa mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia. Dizaman modern ini banyak pengaruh yang merubah susunan kata maupun dalam penggunaannya ataupun bahasa sms. Bahkan bukan itu saja bahasa Indonesia dianggap kurang berkelas dalam penggunaannya.
Berdasrakan deskripsi diatas penulis akan menjelaskan sedikit dampak, hubungan terhadap bahasa dan  sastra Indonesia.

B.       Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah sebagai berikut;
1.        Apa yang dimaksud IPA dan Teknologi?
2.        Bagaimana hubungan IPA dan Teknologi terhadap bahasa dan sastra Indonesia?
3.        Bagaimana dampak perkembangan IPA dan Teknologi terhadap bahasa dan sastra Indonesia?

C.      Tujuan makalah
Sejalan dengan rumusan masalah diatas maka tujuan makalah sebagai berikut;
1.        Untuk mengetahui pengertian IPA dan Teknologi.
2.        Untuk mengetahui dampak negatif dan positif perkembangan IPA dan Teknologi terhadap kehidupan manusia?
3.        Untuk mengetahui kaitan IPA dan Teknologi terhadap pendidikan bahasa Indonesia?
4.        Untuk mengetahui pengaruh IPA dan Teknologi terhadap pendidikan bahasa Indonesia?

D.      Kegunaan makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikam kegunaan baik secara teoretis maupun secara praktis. Secara teoretis makalah ini berguna bagi pengembangan konsep. Secara praktis makalah ini berguna sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep pengetahuan, sebagai media informasi materi pembelajaran.

E.       Prosedur makalah
Makalah ini disusun dengn menggunakan metode deskriptif. Melalui metode ini penulis menguraikan permasalahan yang dibahas dengan jelas. Hal ini penulis setelah melakukan teknik kepustakaan, teknik ditempuh dengan cara membaca, mempelajari, dan memahami bahan-bahan untuk memperoleh toeri-teori yang berhubungan dengan makalah.











BAB II PEMBAHASAN

A.  Tinjaun teoretis
H.W. Fower mengatakan  bahwa IPA adalah ilmu yang sisitematis  dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan induksi. Sedangkan Nokes menyatakan bahwa IPA adalah pengetahuan teoretis yang diperoleh dengan metode khusus.
Seiring pernyataan diatas dapat disimpulkan IPA merupakan ilmu yang sistematis yang dapat didasarkan dengan pengamatan indeksi yang khusus.

B.  Pembahasan
1.         Perkembangan IPA dan Teknologi.
Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang mempelajari alam dan segala isinya. Awal dimulai ilmu pengetahuan alam pada saat manusia memperhatikan gejala-gejala alam, mencatatnya kemudian mempelajarinya. Selanjutnya dari peningkatan kemampuan daya pikirnya manusia mampu melakukan eksperimen untuk membuktikan dan mencari kebeneran dari suatu pengetahuan baru.perkembangan IPA dimulai pada zaman kuno, zaman yunani kuno seperti Thales, Phytagoras, Plato,Aristoteles,Galileo Galilei.
Dalam ilmu penetahuan alam setiap pengindraan yang dinyatakan dalam sebuah alat ukur akan diubah menjadi konsep, ilmuwan tidak akan lupa menggunakan penalaran-penalaran induktif yang berubah kepenalaran deduktif.
Dengan berkembangnya ilmu IPA dan Teknologi para ilmuan dapat mengetahui ruang angkasa, bahan-bahan polimer yag dihasilkan oleh industri-industri, bahan-bahan campuran adalah bahan-bahan yang mempunyai sipat metal dan berisi sekurang-kurangnya dua elemen.

a.     Manfaat perkembangan IPA dan Teknologi bagi kehidupan manusia.
Hasil teknologi telah merasuk dalam kehidupan kebanyakan sehari-hari sedemikian rupa, sehingga seseorang menganggapnya dapat memecahkan masalah dengan memanfaatkan sinar matahari untuk membangkitkan tenaga listrik secara langsung, contoh lain misalnya;
1)   Dengan telah diketemukannya alat komunikasi telepon orang dapat mudah berkomunikasi dengan orang lain walaupun jaraknya sangat jauh.
2)   Adanya alat tranportasi yang lebih canggih, maka orang akan lebih cepat dan lebih aman dalam perjalanan jauh, juga orang dapat menjelajahi antariksa.
3)   Dengan menggunakan computer orang dapat dengan mudah mengoreksi suatu pekerjaan dengan cepat.

b.    Perkembangan IPA dan Teknologi bagi kehidupan manusia.
Teknologi menempuh perkembangan amat pesat masa lalu hingga menyilaukan mata manusia, kini orang-orang mulai mempersoalkan akibat-akibat yang dibawa teknologi pada peradaban pada manusia sebagai keseluruhan, baik benturan teknologi terhadap nilai-nilai kemanusiaan, akibat-akibat fisik maupun benturan terhadap tata linkungan sebagai keseluruhan.
Melihat kecendrungan dari perkembangan berbagai tahap yang dialaminya, jelas bahwa teknologi menjadi harapan jika dituruti suatu haluan yang terarah pada usaha meningkatkan mutu kehidupan manusia, yakni mencukupi: bahan pangan (usaha pengadaan pangan), membuat pangan baru, sereal berprotein tinggi, membuat pangan baru, protein sel tunggal, pembuatan daging tiruan, penyedian sandang, peningkatan kesehatan, penyedian energi.
2.    Dampak perkembangan IPA dan Teknologi terhadap pendidikan bahasa Indonesia.
Dampak positif perkembangan IPA dan Teknologi dapat dibuat macam-macam media pendidikan, seperti OHP,Slide, Film strip, TV, Tape Recorder dan lain-lain yang dapat mempermudah proses pendidikan. Hal ini berkaitan dengan pendidikan bahasa Indonesia untuk mempermudah penyampain materi proses pembalajaran dengan tujuan untuk mudah dipahami oleh peserta didik. Apalagi dizaman modern ini guru dituntut supaya menguasai teknologi.
Dengan dibuat teknologi modern dapat dibuat bermacam-macam alat-alat tranportasi (kapal terbang, kapal laut, alat tranportasi darat) dan sarana komunikasi seperti pesawat telepon, telegram, satelit, radio, TV, CB dan lain-lain. Adanya sarana komunikasi seperti radio, TV dapat mendukung mudah tersebar luasnya kebudayaan dan informasi mengenai kejadian-kejadian di daerah lain.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia membawa dampak kemajuan bagi para masyarakatnya. Disamping itu pula penggunaan IPA dan teknologi juga membawa dampak semangat juang bangsa. Mereka memanfaatkan IPA dan teknologi modern untuk mencari informasi mengenai keadaan masyarakatnya. Oleh karena itu masyarakat pun  benar-benar terbantu dengan perkembangan IPA dan teknologi
IPA dan Teknologi juga berdampak pada bahasa dan sastra yang digunakan oleh para masyarakat dengan bertambah wawasan bahasanya, yang cukup meluap dari bahasa satu kebahasa lainnya. Kemajuan IPA dan Teknologi dapat memenuhi kehidupan sosial karena status seorang warga tidak lagi didasarkan pada keturunan melainkan pada keahlian dalam penguasaan ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Sedangkan dampak negatif yang terjadi pada bahasa dan sastra Indonesia dari IPA dan Teknologi, terjadinya pencemaran bahasa yang menghasilkan bahasa gaul atau bahasa sms, pemakaian teknologi modern cenderung mengasingkan manusia dari keberadaan sebenarnya, mengakibatkan pembatasan kebebasan terhadap manusia dalam penggunaan bahasa dan sastra Indonesia. IPA dan Teknologi juga menjadi alat pemisah antar manusia, cenderung mempercepat tempo perkembangan dalam masyarakat, sehingga berkembang secara cepat dan mudah. Pengaruhnya pun  tinggi terhadap bahasa dan sastra Indonesia dengan adanya alat canggih para masyarakat yang mengenal alat tersebut sebagian mengabaikan penggunaan bahasa dan sastra Indonesia dalam komunikasi dipandang merosot karena ada alat yang dianggap lebih unik dari berbahasa.

3.    Hubungan IPA dan Teknologi terhadap pendidikan bahasa Indonesia.
Bahasa bagi manusia merupakan suatu kebutuhan. Segala hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia pasti membutuhkan bahasa. Perkembangan ilmu pengetahuan alam, teknologi, dan kebudayaan tidak mungkin dapat terjadi tanpa ada bahasa sebagai alatnya.
Hubungan perkembangan IPA dan Teknologi yaitu kemajuan IPA dan teknologi dapat mengetahui sumber bunyi yang dihasilkan oleh alat indra manusia. Perkembangan ini sangat mendukung bagi perkembangn dan pendalaman bahasa Indonesia dari segi fonetis bahasa.
Manusia merupakan mahluk Tuhan yang sempurna dengan mahluk lainnya. Memanang dilihat dari segi kelahiran, perkembangan fisik, dan kematian manusia memiliki kesamaan dengan mahluk lainnya. Anugrah yang diberikan Tuhan pada manusia yang berpotensi mengusai bahasa sebagai alat untuk mengembangkan akal pikirannya. Akal bagi manusia merupakan naluri sedang bahasa merupakan naluri, jadi jelaslah bahwa manusia menguasi bahasa tertentu bukan naluri atau keturunan melainkan melalui belajar dengan lingkungan atau alam pengguna bahasa tertentu.
Bahasa tidak terpisahkan dari aktivitas kehidupan manusia. Mulai pagi saat bangun sampai malam ia beristirahat tidak lepas menggunakan bahasa. Dengan mempertimbangkan begitu pentingnya bahasa bagi kehidupan manusia, maka sangatlah layak manakala masyarakat ilmuan perduli untuk mengkajian terhadap bahasa.






BAB III SIMPULAN DAN SARAN

A.  Simpulan
IPA adalah ilmu pengetahuan teoretis yang diperoleh dengan metode khusus, sisitematis, dirumuskan yang berhubungan dengan gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan induksi.
Hubungan perkembangan IPA dan Teknologi yaitu kemajuan IPA dan teknologi dapat mengetahui sumber bunyi yang dihasilkan oleh alat indra manusia. Perkembangan ini sangat mendukung bagi perkembangn dan pendalaman bahasa Indonesia dari segi fonetis bahasa.
Dampak positif perkembangan IPA dan Teknologi dapat dibuat macam-macam media pendidikan, seperti OHP,Slide, Film strip, TV, Tape Recorder dan lain-lain yang dapat mempermudah proses pendidikan. Sedangkan dampak negatif yang terjadi pada bahasa dan sastra Indonesia dari IPA dan Teknologi, terjadinya pencemaran bahasa yang menghasilkan bahasa gaul dan bahasa sms, pemakaian teknologi modern cenderung mengasingkan manusia dari keberadaan sebenarnya, mengakibatkan pembatasan kebebasan terhadap manusia dalam penggunaan bahasa dan sastra Indonesia.

B.  Saran
Sejalan dengan simpulan di atas dapat disimpulkan yakni penulis ingin memberikan saran bagi pembaca umumnya, khususnya bagi pemakai alat-alat teknologi yaitu seluruh masyarakat Indonesia. Perkembangan IPA dan Teknologi yang kita rasakan saat ini dapat membedakan dampak negatif dan  positif agar tidak terjadi kesalahan penggunaannya.






DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi,Abu, dan A Supatmo. (1991). Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta :Rineka Cipta.
Aly,Abdullah, dan Eny Rahma. (1991). Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta : Bumi Aksara.

Heryadi Dedi.(2009). Fonlogi Bahasa Indonesia. Tasikmalaya: Universitas Siliwangi

Selasa, 15 Februari 2011

DAMPAK FLUKTUASI NILAI TUKAR TERHADAP OUTPUT DAN HARGA



Abstrak
Penguatan nilai tukar rupiah yang sampai mencapai angka Rp 9000, kita bisa lihat bagaimana fluktuasi nilai tukar rupaiah dalam beberapa hari belakang ini.
Hal ini menimbulkan banyak kecemasan untuk kita, apakah ini hanya bersifat sementara atau long term, jika kita berkaca dengan kondisi perekonomian sekarang seperti sulit bisa dikatakan hal ini akan bertahan lama, karena sebenarnya penguatan rupaih ini dipicu oleh para spekulan yang bermain di pasar uang, bentuk investsi yang datang ke indonesia sekarang berbenruk hot money dan sifatnya short term.

PENDAHULUAN
Sebagai perekonomian terbuka, perkembangan nilai tukar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Pengaruh nilai tukar terhadap perekonomian berjalan melalui dua sisi, permintaan dan penawaran. Pada sisi permintaan, depresiasi nilai tukar akan menyebabkan harga barang luar negeri relatif lebih tinggi dibandingkan barang dalam negeri. Hal ini akan meningkatkan permintaan terhadap barang dalam negeri baik dari permintaan domestik maupun dari permintaan luar negeri terhadap ekspor. Analisa sisi permintaan ini diperkaya dengan konsep elastisitas harga Marshall-Lerner condition, di mana depresiasi nilai tukar akan meningkatkan net ekspor apabila jumlah elastisitas harga ekspor dan impor lebih besar dari satu. Di lain pihak, dari sisi penawaran depresiasi nilai tukar akan meningkatkan biaya bahan baku impor yang selanjutnya dapat menyebabkan penurunan output produksi dan memicu kenaikan harga secara umum. Efek netto dari depresiasi nilai tukar terhadap output tergantung dari kekuatan relatif kedua sisi penawaran dan permintaan tersebut.
Dari sisi permintaan selain dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar, pergerakan output juga terkait erat dengan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Ekspansi kebijakan moneter akan menurunkan tingkat suku bunga yang selanjutnya dapat meningkatkan investasi dan output. Demikian juga halnya dengan kebijakan fiskal di mana ekspansi pengeluaran pemerintah yang merupakan salah satu komponen permintaan agregat dapat menyebabkan peningkatan output, meskipun dampak crowding-out tetap perlu untuk dipertimbangkan.
Di sisi lain, pengalaman dari krisis nilai tukar telah menggarisbawahi arti penting dari penyelarasan proyeksi nilai tukar pelaku ekonomi dalam menentukan kebijakan nilai tukar yang tepat. Berdasarkan hal ini, kontribusi teori rational expectation bertujuan untuk memisahkan dampak pergeseran nilai tukar dari komponen yang anticipated dengan yang unanticipated. Pergerakan yang anticipated pada nilai tukar diasumsikan sejalan dengan pengamatan para pelaku ekonomi terhadap faktor-faktor fundamental. Sementara deviasi pada realisasi nilai tukar dari nilai ekspektasinya dapat menangkap komponen yang unanticipated dari pergerakan nilai tukar. Dalam konteks ini penawaran output dipengaruhi oleh pergerakan harga yang unanticipated dan biaya produksi. Pergerakan yang anticipated dari nilai tukar akan menentukan biaya produksi output tersebut. Di lain pihak, pergerakan nilai tukar yang unanticipated akan menentukan kondisi perekonomian melalui tiga jalur; net-ekspor, permintaan uang dan penawaran output (Kandil dan Mirzaie, 2002).

PEMBAHASAN
Penguatan nilai tukar rupiah yang sampai mencapai angka Rp 9000, kita bisa lihat bagaimana fluktuasi nilai tukar rupaiah dalam beberapa hari belakang ini.
Hal ini menimbulkan banyak kecemasan untuk kita, apakah ini hanya bersifat sementara atau long term, jika kita berkaca dengan kondisi perekonomian sekarang seperti sulit bisa dikatakan hal ini akan bertahan lama, karena sebenarnya penguatan rupaih ini dipicu oleh para spekulan yang bermain di pasar uang, bentuk investsi yang datang ke indonesia sekarang berbenruk hot money dan sifatnya short term.
Kecemasan juga melanda banyak pengusaha jika nilai tukar rupiah sampai menembus angka kurang dari Rp 9000, dikarenakan jika para pengusaha ini melakukan eksport besar-besaran sekarang ini, tentu mereka akan menglami kerugian karena pada saat mereka berproduksi biaya produksinya justru lebih besar dikarenakan dolar masih berkisar diatas Rp 9500.
Apa yang harus dilakukan bank sentral dalam perkeonomian sekarang ini, mirip sekali dengan pengajaran di perkuliahan bukan? Bank sentral sebagai pengontrol kebijakan moneter harus ambil bagian untuk mengatasi permasalahan ini, akibat buruk yang terjadi bila tidak melakukan tindakan di bidang moneter akan mengakibatkan ketimpangan neraca perdagangan perekonomian empat sector.
Hasil estimasi model empiris memperlihatkan bahwa fluktuasi nilai tukar hanya berpengaruh pada output dan harga pada periode free floating, sementara pada periode managed floating baik output maupun harga tidak terpangaruh secara signifikan terhadap pergerakan nilai tukar.
Dari hasil estimasi persamaan pertumbuhan output, anticipated depreciation akan meningkatkan output, hal ini memperlihatkan bahwa jalur sisi permintaan lebih kuat daripada jalur sisi penawaran. Hasil jalur sisi permintaan ini sejalan dengan Husman (2005) yang memperlihatkan terpenuhinya Marshall-Lerner condition pada perdagangan Indonesia dengan mitra dagang utamanya sehingga depresiasi nilai tukar akan meningkatkan netekspor Indonesia yang selanjutnya akan meningkatkan output. Di lain pihak, dari sisi penawaran depresiasi nilai tukar meningkatkan biaya bahan baku impor yang selanjutnya dapat menyebabkan penurunan output produksi dan memicu kenaikan harga secara umum. Berdasarkan hasil estimate terlihat bahwa dampak sisi penawaran lebih kuat jika dibandingkan dengan dampak sisi penawaran terhadap pertumbuhan output sehingga secara netto depresiasi nilai tukar akan berdampak positif terhadap output.
Namun demikian karena model yang digunakan pada penelitian ini tidak memperlihatkan adanya intertemporal budget constraint pada persamaan konsumsi (1), maka dampak dari kenaikan harga konsumen akibat adanya depresiasi nilai tukar tidak akan mempengaruhi konsumsi. Jika keputusan konsumsi didasarkan oleh intertemporal budget constraint, maka kenaikan harga konsumen, dalam hal ini inflasi, akan menyebabkan turunnya pengeluaran konsumsi pada periode t sehingga dampak total depresiasi nilai tukar terhadap output belum tentu tetap akan menjadi positif.
Dari sisi pembentukan harga, karena pada periode managed floating perubahan nilai tukar yang terjadi tidaklah besar, kenaikan harga bahan baku impor tidak serta merta dapat menyebabkan produsen meningkatkan harga jualnya, sementara pada periode free floating yang terjadi adalah sebaliknya. Pada periode free floating depresiasi nilai tukar baik anticipated maupun unanticipated akan menyebabkan peningkatan inflasi. Depresiasi nilai tukar akan meningkatkan harga produk bahan baku impor pada sisi penawaran yang selanjutnya akan menyebabkan meningkatnya harga konsumen. Meningkatnya signifikansi jalur ini dibandingkan dengan pada periode managed floating mengindikasikan semakin kuatnya direct passthrough pada periode free floating.
Selanjutnya, untuk mengetahui simetris atau tidaknya dampak unanticipated shock dari nilai tukar, dilakukan pemisahan dampak depresiatif dan apresiatif nilai tukar terhadap inflasi seperti pada persamaan (20). Berdasarkan hasil estimasi tersebut, diketahui bahwa pengaruh nilai tukar terhadap harga bersifat asimetris dimana depresiasi akan meningkatkan inflasi, sementara apresiasi tidak secara signifikan akan menurunkan inflasi. Hasil ini mengindikasikan bahwa produsen hanya akan meneruskan kenaikan harga bahan baku impor ke harga jual untuk mempertahankan marjin keuntungannya namun tidak demikian halnya dengan penurunan harga barang impor. Kondisi ini juga memperlihatkan bahwa struktur pasar cenderung merupakan monopolistic competition, sejalan dengan hasil Nugroho, Yanuarti dan Tjahjono (2005).


Dampak Money Supply
Pada periode managed floating, terlihat bahwa hanya shock pada kebijakan money supply yang dapat mempengaruhi pertumbuhan output dan harga, sementara faktor lain tidak memberikan dampak secara signifikan. Signifikannya pengaruh unanticipated money supply shock terhadap output ini sejalan dengan hipotesis yang diungkapkan oleh Barro (1979). Namun demikian, pada periode free floating stimulus moneter terlihat tidak efektif dalam meningkatkan output melainkan hanya akan meningkatkan inflasi.
Perubahan efektifitas stimulus moneter ini dipengaruhi oleh adanya perubahan pada elastisitas suku bunga terhadap money supply, yaitu parameter λ pada persamaan (9). Hasil estimasi persamaan forecast untuk variabel money supply memperlihatkan bahwa pada periode managed floating parameter λ bernilai -0.02 namun pada periode free floating nilainya menjadi 0.005. Perubahan ini diantaranya dapat disebabkan oleh adanya peningkatan faktor ekspektasi inflasi dimana peningkatan udang berdear akan mempengaruhi ekspektasi masyarakat terhadap tingkat inflasi di masa depan yang pada akhirnya akan meningkatkan tingkat suku bunga (Mishkin, 2001). Implikasinya ekspansi moneter gagal untuk menurunkan suku bunga nominal sehingga tidak dapat mendorong pertumbuhan output.
Kembali pada periode managed floating, ekspansi moneter dapat menyebabkan depresiasi nilai tukar sehingga untuk mempertahankan nilai tukar rupiah, dibutuhkan sterilisasi dengan membeli rupiah terhadap mata uang asing. Proses ini akan menyebabkan bergesernya kembali kurva LM ke kiri. Namun seperti yang bisa dilihat dari Grafik 1 yang memperlihatkan pergerakan rupiah sepanjang periode managed floating, nilai tukar tetap dibiarkan terdepresiasi secara perlahan sehingga kurva LM tidak sepenuhnya kembali ke posisi semula. Pergeseran kurva LM relatif terhadap posisi semula akan menyebabkan turunnya tingkat suku bunga yang pada gilirannya dapat menghasilkan peningkatan output sesuai dengan hubungan yang diperlihatkan pada persamaan (9).


Dampak Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal hanya dapat mempengaruhi output pada periode free floating, sementara pada periode managed floating fiskal stimulus tidak efektif dalam meningkatkan output. Pada periode free floating baik anticipated maupun unanticipated pengeluaran pemerintah dapat menyebabkan peningkatan pertumbuhan output. Namun demikian pada hasil estimasil persamaan inflasi, kebijakan fiskal tidak secara signifikan mempengaruhi harga. Hal ini dapat disebabkan oleh pengeluaran subsidi yang dilakukan merupakan bagian dari variabel pengeluaran pemerintah itu sendiri.
Hasil empiris perbedaan efektifitas kebijakan fiskal ini sejalan dengan temuan Hardiyanto dan Togo (2005). Studi yang meneliti cyclicality kebijakan fiskal di beberapa negara berkembang tersebut memperlihatkan bahwa untuk kasus Indonesia kebijakan fiskal tidak berjalan optimal dan procyclical terhadap business cycle sebelum tahun 1999. Namun setelah tahun 1999 dengan optimaliitas kebijakan fiskal membeik dan countercyclical terhadap business cycle sejlaan dengan mulai diterbitkannya obligasi pemerintah sebagai salah satu alternatif pembayaran hutang pemerintah. Pembahasan tentang perkembangan kebijakan fiskal diluar ruang lingkup penelitian ini.

Dampak Harga Minyak
Pada periode managed floating meskipun Indonesia berperan sebagai net eksportir, namun harga minyak tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan output, setidaknya sampai dengan tingkat α= 15%. Demikian juga halnya pada persamaan inflasi, pergerakan harga minyak internasional tidak mempengaruhi tingkat inflasi. Hal ini disebabkan oleh besarnya subdisi pemerintah sehingga harga dalam negeri cenderung stabil.
Pada periode free floating terdapat beberapa perubahan kondisi yang dapat mempengaruhi pengaruh perubahan harga minyak terhadap output maupun harga, yaitu (i) berubahnya peran Indonesia dari net-eksportir menjadi net-importir pada pertengahan tahun 2003 (Grafik 2), dan (ii) terjadi perubahan pola subsidi yang utamanya terjadi pada tahun 2005 akibat tingginya harga minyak internasional. Sebagai implikasi dari perubahan tersebut, parameter pengaruh harga minyak tidak dapat secara langsung diintepretasikan.

Komparasi Dampak Kebijakan
Berdasarkan nilai parameter hasil estimasi, variabel kebijakan yang paling besar pengaruhnya tehadap pertumbuhan output pada periode free floating ialah kebijakan fiscal dimana setiap kenaikan 1% pada pertumbuhan anticipated dari pengeluaran pemerintah akan menyebabkan kenaikan pertumbuhan output sebesar 0.544%. dan 0.503%. untuk pengeluaran pemerintah yang unanticipated. Dampak terbesar selanjutnya disebabkan oleh depresiasi nilai tukar dimana kenaikan 1% pada depresiasi nilai tukar riil akan menyebabkan kenaikan pertumbuhan output sebesar 0.441%. Namun dampak kedua variabel kebijakan tersebut masih lebih rendah dibandingkan dampak pertumbuhan money supply terhadap pertumbuhan pada periode managed floating dimana 1% kenaikan pertumbuhan uang beredar akan menyebabkan 0.898% kenaikan pertumbuhan.
Untuk persamaan inflasi baik pada periode managed floating maupun periode free floating, kebijakan moneter memberikan dampak terbesar terhadap inflasi dimana 1% kenaikan pertumbuhan unag beredar akan menyebabkan 0.231% kenaikan inflasi pada periode managed floating, dan 0.362% pada periode free floating Hasil ini memperlihatkan adanya kenaikan pengaruh uang beredar terhadap inflasi pada periode free floating dibandingkan periode managed floating. Kenaikan ini dapat disebabkan oleh meningkatnya pengaruh ekspektasi inflasi. Pada tingkat yang lebih rendah, depresiasi nilai tukar juga memiliki dampak yang signifikan terhadap inflasi dimana kenaikan 1% pada depresiasi nilai tukar akan menyebabkan kenaikan inflasi sebesar 0.120% untuk dampak anticipated, dan 0.099% untuk dampak unanticipated. Namun demikian hasil estimasi persamaan (20) memperlihatkan bahwa dampak pergerakan nilai tukar ini tidak bersifat simetris dimana apresiasi nilai tukar tidak menyebakan penurunan tingkat inflasi.


PENUTUP
Hasil empiris dari studi ini memperlihatkan bahwa perubahan rezim nilai tukar telah mempengaruhi dampak nilai tukar, maupun efektifitas kebijakan moneter dan fiskal, dalam mempengaruhi pertumbuhan output dan inflasi. Perubahan ini mungkin tidak dapat secara langsung dikaitkan dengan perubahan rezim nilai tukar, melainkan melalui faktor lain akibat perubahan rezim itu sendiri. Faktor lain yang menyebabkan perubahan efektifitas ini ialah faktor ekspektasi inflasi dimana pengaruhnya meningkat pada periode free floating. Peningkatan ini salah satunya diindikasikan oleh berubahnya elastisitas suku bunga terhadap uang beredar. Di samping itu, perubahan rezim nilai tukar juga membawa konsekuensi meningkatnya dampak direct-passthrough nilai tukar terhadap inflasi.
Dari sisi efektifitas tiap kebijakan dalam mendorong pertumbuhan terlihat bahwa pada periode managed floating monetary stimulus bekerja efektif dalam meningkatkan output namun tidak demikian halnya pada periode free floating. Sebaliknya, fiskal stimulus justru bekerja efektif dalam meningkatkan output pada periode free floating, tidak pada periode managed floating. Disisi lain, pada periode managed floating, perubahan nilai tukar tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap output maupun harga.
Dari sisi dampak nilai tukar terhadap pertumbuhan output, dalam studi ini terlihat bahwa perubahan output lebih didominasi oleh sisi permintaan; melalui jalur peningkatan daya saing, daripada sisi penawaran; melalui peningkatan biaya bahan baku impor. Hal ini telihat dari positifnya dampak netto dari depresiasi nilai tukar terhadap pertumbuhan.
Jika dilihat dari besarnya dampak tiap kebijakan, variabel kebijakan yang paling besar pengaruhnya tehadap pertumbuhan output pada periode free floating ialah kebijakan fiskal, selanjutnya diikuti oleh dampak depresiasi nilai tukar. Namun dampak kedua variabel kebijakan tersebut masih lebih rendah dibandingkan dampak pertumbuhan money supply terhadap pertumbuhan output pada periode managed floating. Sementara itu dari sisi pembentukan harga, baik pada periode managed floating maupun periode free floating, kebijakan moneter memberikan dampak terbesar terhadap inflasi.
Referensi
Agenor, P.R. (1991) Output, Devaluation and the Real Exchange Rate in Developing Countries, Weltwirtschaftliches Archives, Band 127.
Barro, Robert J. (1977) Unticipated Money Growth and Unemployment in the United States, the American Economic Review, Vol 67, No. 2.
Bilan, Olena (2005). In Search of the Liquidity Effect in Ukraine, Journal of Comparative Economics, Vol 33. No. 3, pp. 484-499.
Cover, J.P. (1992). Asymmetric Effects of Positive and Negative Money Supply Shocks, Quarterly Journal of Economics 107 (4), 1261-1282.
Dickey, D.A. and Fuller, W.A. (1981),”Likelihood Ratio Statistics for Autoregressive Time Series witha Unit Root”, Econometrica, Vol. 49.
Johansen, S. (1988),”Statistical Analysis of Cointegration Vectors”, Journal of Economic Dynamics and Control, Vol. 12.

Kamis, 10 Februari 2011

PEMBELAJARAN REMIDI MELALUI TUTOR SEBAYA KEGIATAN KELAS YANG MENYENANGKAN SISWA


Sri Handayani


Abstract: Understanding concept of student in learning activity is shown by the score of mastery learning, either individually or classically. If the score passing grade minimum standards, it shows the formulated goals in a plan of teaching and learning are achieved. On the other hand, when the passing echievement score are not reached the minimum, its needed afforts improving leaning results. One of the efforts is to implement remedial learning. Learning is intended to give enrichment and remedy to students who find difficulties. The implementation of it can be done with the peer teaching. Peer teaching through guiding comes from friends in class who have heigher achievemnent. The tutorial is done in groups of 4-5 students. At the end of tutor activity is peer assessment that aims to measure the student’s anxiety. Teacher, in peer tutor acts as facilitator to learn materials in group. Since guided friend by leading contemporary, the completeness score can be improved so that the class atmosphere is very fun and enjoyful so student are very anthusaistic to lear.

Keywords: understanding the concept, repeated instruction, study groups, friends in the class.


PENDAHULUAN  
Sebagaimana diketahui bersama bahwa dalam setiap kegiatan pembelajaran masih sering terjadi kesenjangan antara tujuan yang dirumuskan dengan hasil proses pembelajaran. Pembelajaran bertujuan mengembangkan aktivitas siswa yang ditunjukkan dalam rumusan standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam rencana program pengajaran yang diimplementasikan dalam indikator pencapaian hasil belajar siswa. Hasil proses pembelajaran ditunjukkan oleh tingkat penguasaan dan daya serap siswa baik individu maupun klasikal. Sitti Rahmawaty (2007) menyatakan bahwa daya serap siswa sebagai ukuran ketuntasan belajar individu  minimal 70 % sedangkan penguasaan klasikal minimal 60 %.  Untuk mencapai standar ketuntasan minimal diperlukan cara-cara dan aktivitas yang dapat dilakukan sehingga tujuan pembelajaran tercapai, dan jika memungkinkan skor siswa bertambah rata-ratanya. (http://www.oke.or.id)
Aktivitas nyata yang dapat dilakukan adalah menggunakan model–model pembelajaran yang bervariatif melalui penggabungan berbagai model atau melakukan pengulangan pembelajaran sebagai bentuk pengajaran remidi. Fakta dan data lain tentang proses pembelajaran adalah banyak siswa yang nilai rata-rata ujian akhir nasional masih di bawah standar kelulusan siswa.  Berdasarkan kenyataan ini setiap komponen yang terlibat dalam pembelajaran diharapkan saling berkordinasi untuk meningkatkan nilai rata-rata ujian akhir nasional.  Koordinasi yang baik berakibat tidak ada saling menyalahkan di antara sesama komponen pembelajaran.
Menurut Sawali (2007) rendahnya rata-rata nilai ujian yang dicapai oleh siswa disebabkan oleh tiga hal. Pertama, kurangnya motivasi siswa untuk meraih nilai akademis yang tinggi. Hal itu disebabkan oleh situasi dan kondisi pendidikan dalam lingkungan keluarga yang kurang mendukung. Kedua, merebaknya sikap instan yang melanda kehidupan kaum remaja. Hal ini disebabkan oleh adanya sikap permisif masyarakat yang cenderung membiarkan berbagai perilaku anomali sosial berlangsung di tengah-tengah panggung kehidupan sosial. Masyarakat yang seharusnya menjadi kekuatan kontrol untuk ikut menanggulangi berbagai persoalan sosial yang kurang sehat cederung bersikap permisif dan masa bodoh. Sikap instan yang ingin meraih sukses tanpa kerja keras dinilai sebagai hal yang wajar terjadi. Ketiga, guru dinilai kurang kreatif dalam melakukan inovasi pembelajaran, baik dalam pemilihan materi ajar, metode pembelajaran, maupun media pembelajaran, sehingga siswa cenderung pasif dan bosan dalam menghadapi suasana pembelajaran di kelas. Kelas ibarat ”penjara” yang pengap dan sumpek; tanpa ada celah “kebebasan” bagi peserta didik untuk menikmati kegiatan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Yang lebih mencemaskan adalah bahwa siswa bagaikan “tong sampah” ilmu pengetahuan yang hanya sekadar menjadi penampung ilmu, tanpa memiliki kesempatan untuk melakukan pendalaman, refleksi, dan dialog.
Matematika merupakan mata pelajaran yang diujikan dalam ujian akhir nasional di semua satuan pendidikan. Dengan adanya fakta dan kenyataan rendahnya nilai rata-rata siswa, diperlukan sebuah inovasi pembelajaran dan bahkan pengulangan materi di kelas menjadi sangat penting.  Di samping itu, pembelajaran harus di arahkan agar dapat membangkitkan kreativitas siswa misalnya melalui belajar kelompok. Dalam belajar kelompok, siswa dapat berdiskusi satu sama lain, siswa dapat bertukar informasi dan siswa yang pintar dapat membantu siswa yang kurang pintar. Untuk itu perlu dicari pemecahan masalah dalam menentukan strategi pembelajaran yang tepat, dengan tetap mempertimbangkan kondisi-kondisi dalam kelas. Semuanya dimaksudkan untuk memperoleh pendekatan pembelajaran yang tepat bagi.  Hal ini sesuai dengan pendapat Aria Djalil ( 1997) yang menyatakan bahwa setiap saat siswa  memerlukan bantuan dari siswa lainnya, dan siswa dapat belajar dari siswa  lainnya. Demikian juga siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan karena dia bergaul dengan teman lainnya.  
Usaha-usaha dalam meningkatkan nilai rata-rata ujian juga dapat dilakukan dengan tutor sebaya. Menurut Arikunto (1996) tutor sebaya adalah seseorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk oleh guru sebagai pembantu guru dalam melakukan bimbingan terhadap kawan sekelas. Kadangkala seorang siswa lebih mudah menerima keterangan yang diberikan oleh kawannya karena tidak ada rasa enggan atau malu untuk bertanya.  Kelebihan dari pendekatan tutor sebaya ini adalah dapat melatih siswa dalam memecahkan masalah, mengatasi kesulitannya sendiri dan mampu membimbing diri sendiri. Selain itu karena tutor berasal dari teman sekelasnya siswa tidak merasa malu atau segan untuk bertanya apabila ada hal-hal yang kurang dimengerti dalam proses belajar-mengajar. Melalui tutor sebaya membuat suasana pembelajaran menarik dan menyenangkan ketika. Dalam pelaksanaannya  siswa berdialog dan berinteraksi dengan sesama siswa secara terbuka dan interaktif di bawah bimbingan guru sehingga siswa terpacu untuk menguasai bahan ajar yang disajikan sesuai dengan standar kompetensi lulusan.  Tutor sebaya pada umumnya dilakukan secara kelompok beranggotakan 5-6 siswa. Tutor sebaya adalah siswa di kelas tertentu yang memiliki kemampuan di atas rata-rata anggotanya yang memiliki tugas untuk membantu mengatasi kesulitan anggota dalam memahami materi ajar.

HAKEKAT PEMBELAJARAN REMIDI
Pengertian
Pembelajaran remidi merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki prestasi belajar sehingga mencapai standar minimal ketuntasan yang ditetapkan. Ahmad Sudrajat (2007) menyatakan bahwa untuk memahami konsep penyelenggaraan model pembelajaran remedial, terlebih dahulu perlu diperhatikan bahwa kurikulum tingkat satuan pendidikan yang diberlakukan berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22, 23, dan 24 tahun 2006 dan peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 6 tahun 2007 dengan menerapkan sistem pembelajaran berbasis kompetensi, sistem belajar tuntas, dan sistem pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual peserta didik. (http://www.Ahmadsudrajat.wordpress.com) Sistem tersebut ditandai dengan dirumuskannya secara jelas standar kompetensi  dan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik. Penguasaan standar kompetensi dan kompetensi dasar setiap siswa diukur dengan menggunakan sistem penilaian acuan kriteria. Siswa yang mencapai standar tertentu dinyatakan telah mencapai ketuntasan.
Pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran tuntas, dimulai dari penilaian kemampuan awal siswa terhadap kompetensi atau materi yang dipelajari. Kemudian dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan berbagai metode yang sesuai dengan topik pembelajaran, misalnya untuk matematika dengan menggunakan metode diskusi, demonstrasi, pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, inkuiri, atau metode penemuan. Untuk melengkapi metode pembelajaran dapat digunakan berbagai media, misalnya audio, video, dan audiovisual dalam berbagai format. Format yang digunakan mulai dari kaset audio, slide, video, LCD, komputer, atau multimedia. Di tengah pelaksanaan pembelajaran atau pada saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung, diadakan penilaian proses dengan menggunakan berbagai teknik dan instrumen dengan tujuan untuk mengetahui kemajuan belajar serta seberapa jauh penguasaan siswa terhadap kompetensi yang telah atau sedang dipelajari.
Pada akhir program pembelajaran diadakan penilaian yang lebih formal berupa ulangan harian. Ulangan harian dimaksudkan untuk menentukan tingkat pencapaian belajar siswa, apakah seorang siswa gagal atau berhasil mencapai tingkat penguasaan tertentu yang telah dirumuskan pada saat pembelajaran direncanakan. Apabila dijumpai ada siswa yang tidak mencapai penguasaan kompetensi yang telah ditentukan, maka muncul permasalahan mengenai apa yang harus dilakukan oleh pendidik. Salah satu tindakan yang diperlukan adalah pemberian program pembelajaran remedial atau perbaikan. Dengan kata lain, pembelajaran remedial diperlukan bagi siswa yang belum mencapai kemampuan minimal yang ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Pemberian program pembelajaran remedial didasarkan atas latar belakang bahwa pendidik perlu memperhatikan perbedaan individual siswa.  
Pembelajaran remidi yang diberikan kepada siswa yang belum mencapai tingkat ketuntasan belajar, memerlukan waktu lebih lama dibandingkan dengan siswa yang telah mencapai tingkat penguasaan.  Dalam hal lain siswa perlu menempuh penilaian kembali setelah mendapatkan program pembelajaran remedi.
Pembelajaran remidi merupakan pemberian perlakuan khusus terhadap siswa yang mengalami hambatan dalam kegiatan belajarnya. Hambatan yang terjadi dapat berupa kurangnya pengetahuan dan keterampilan prasyarat atau lambat dalam mecapai kompetensi. Prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran remedi sesuai dengan sifatnya sebagai pelayanan khusus adalah adaptif, interaktif,  fleksibilitas,  pemberian umpan balik sesegera mungkin,  dan berkesinambungan dalam pemberian pelayanan.  Adaptif dimaksudkan karena setiap siswa bersifat unik. Oleh karena itu program pembelajaran remedi hendaknya memungkinkan siswa untuk belajar sesuai dengan kecepatan, kesempatan, dan gaya belajar masing-masing. Dengan kata lain, pembelajaran remedi harus mengakomodasi perbedaan individual siswa. Interaktif dimaksudkan karena pembelajaran remedi hendaknya memungkinkan siswa untuk secara intensif berinteraksi dengan pendidik dan sumber belajar yang tersedia. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa kegiatan belajar siswa yang bersifat perbaikan perlu selalu mendapatkan monitoring dan pengawasan agar diketahui kemajuan belajarnya. Jika dijumpai ada peserta didik yang mengalami kesulitan segera diberikan bantuan. Fleksibilitas dalam Metode Pembelajaran dan Penilaian, artinya sejalan dengan sifat keunikan dan kesulitan belajar siswa yang berbeda-beda, maka dalam pembelajaran remedi perlu digunakan berbagai metode mengajar dan metode penilaian yang sesuai dengan karakteristik siswa. Pemberian Umpan Balik Sesegera Mungkin berupa informasi yang diberikan kepada siswa mengenai kemajuan belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin. Umpan balik dapat bersifat korektif maupun konfirmatif. Dengan sesegera mungkin memberikan umpan balik dapat dihindari kekeliruan belajar yang berlarut-larut yang dialami siswa. Kesinambungan dan Ketersediaan dalam Pemberian Pelayanan lebih menekankan bahwa pembelajaran remedi merupakan satu kesatuan. Dengan demikian program pembelajaran reguler dengan remedi harus berkesinambungan dan programnya selalu tersedia agar setiap saat siswa dapat mengakses sesuai dengan kesempatan.
Pembelajaran remidi pada hakikatnya adalah pemberian bantuan kepada  siswa yang mengalami kesulitan atau kelambatan belajar. Sehubungan dengan itu, langkah-langkah yang perlu dikerjakan dalam pemberian pembelajaran remedi meliputi dua langkah pokok, yaitu mendiagnosis kesulitan belajar, dan memberikan perlakuan pembelajaran remedi. Diagonosis kesulitan belajar dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar siswa. Kesulitan belajar dapat dibedakan menjadi kesulitan ringan, sedang dan berat.  Kesulitan belajar ringan biasanya dijumpai pada siswa yang kurang perhatian pada saat mengikuti pembelajaran. Kesulitan belajar sedang dijumpai pada siswa yang mengalami gangguan belajar yang berasal dari luar dirinya, misalnya faktor keluarga, lingkungan tempat tinggal, pergaulan. Kesulitan belajar berat dijumpai pada siswa yang mengalami ketunaan pada diri mereka, misalnya tuna rungu, tuna netra¸tuna daksa, dan tuna grahita.
Teknik yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kesulitan belajar antara lain: Tes prasyarat adalah tes yang digunakan untuk mengetahui apakah prasyarat yang diperlukan untuk mencapai penguasaan kompetensi tertentu sudah terpenuhi atau belum. Prasyarat ini meliputi prasyarat pengetahuan dan prasyarat keterampilan. Tes diagnostik digunakan untuk mengetahui kesulitan siswa dalam menguasai kompetensi tertentu. Misalnya dalam mempelajari operasi bilangan, apakah peserta didik mengalami kesulitan pada kompetensi penambahan, pengurangan, pembagian, atau perkalian. Wawancara dilakukan dengan mengadakan interaksi lisan dengan siswa untuk menggali lebih dalam mengenai kesulitan belajar yang dijumpai peserta didik. Pengamatan  dilakukan dengan jalan melihat secara cermat perilaku belajar siswa. Dari pengamatan tersebut diharapkan dapat diketahui jenis dan penyebab kesulitan belajar siswa.

Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Remidi
Setelah diketahui kesulitan belajar yang dihadapi siswa, langkah berikutnya adalah memberikan perlakuan berupa pembelajaran remidi. Bentuk-bentuk pelaksanaan pembelajaran remedial adalah sebagai berikut.  
Pertama adalah pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda. Pembelajaran ulang dapat disampaikan dengan cara penyederhanaan materi, variasi cara penyajian, penyederhanaan tes atau pertanyaan. Pembelajaran ulang dilakukan bilamana sebagian besar atau semua siswa belum mencapai ketuntasan belajar atau mengalami kesulitan belajar. Pendidik perlu memberikan penjelasan kembali dengan menggunakan metode dan/atau media yang lebih tepat.
Kedua adalah pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan. Dalam hal pembelajaran klasikal siswa yang mengalami kesulitan, perlu dipilih alternatif tindak lanjut berupa pemberian bimbingan secara individual. Pemberian bimbingan perorangan merupakan implikasi peran pendidik sebagai tutor. Sistem tutorial dilaksanakan bilamana terdapat satu atau beberapa siswa yang belum berhasil mencapai ketuntasan.
Ketiga adalah memberikan tugas-tugas latihan secara khusus. Dalam rangka menerapkan prinsip pengulangan, tugas-tugas latihan perlu diperbanyak agar siswa tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan tes akhir. Siswa perlu diberi drill  untuk membantu menguasai kompetensi yang ditetapkan.     
Keempat pemanfaatan tutor sebaya. Tutor sebaya adalah teman sekelas yang memiliki kecepatan belajar lebih. Mereka perlu dimanfaatkan untuk memberikan tutorial kepada rekannya yang mengalami kelambatan belajar. Dengan teman sebaya diharapkan siswa yang mengalami kesulitan belajar akan lebih terbuka dan akrab.
Waktu pelaksanaan pembelajaran remidi mempunyai beberapa alternatif. Pertanyaan yang timbul, apakah pembelajaran remidi diberikan pada setiap akhir ulangan harian, mingguan, akhir bulan, tengah semester, atau akhir semester. Ataukah pembelajaran remidi diberikan setelah siswa mempelajari standar kompetensi atau kompetensi dasar tertentu? Pembelajaran remidi dapat diberikan setelah siswa mempelajari komptensi dasar tertentu. Namun,  karena dalam setiap standar kompetensi terdapat beberapa kompetensi dasar,  maka terlalu sulit bagi pendidik untuk melaksanakan pembelajaran remidi setiap selesai mempelajari kompetensi dasar tertentu. Mengingat indikator keberhasilan belajar siswa adalah tingkat ketuntasan dalam mencapai standar kompetensi yang terdiri dari beberapa kompetensi dasar, maka pembelajaran remedial dapat juga diberikan setelah siswa menempuh tes standar kompetensi yang terdiri dari beberapa kompetensi dasar. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa standar kompetensi merupakan satu kebulatan kemampuan yang terdiri dari beberapa kompetensi dasar.  Mereka yang belum mencapai penguasaan standar kompetensi tertentu perlu mengikuti program pembelajaran remidi. Hasil belajar yang menunjukkan tingkat pencapaian kompetensi melalui penilaian diperoleh dari penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses diperoleh melalui postes, tes kinerja, observasi, dan lain-lain, sedangkan penilaian hasil diperoleh melalui ulangan harian, ulangan tengah semester,  dan ulangan akhir semester.

Sitem Tutor Sebaya
Istilah lain tutor sebaya adalah peer tutoring. Ahli-ahli pendidikan yang memelopori tutor sebaya adalah Edward L. Dejnozken dan David E. Kopel. Dalam American Education Encyclopedia disebutkan  bahwa tutorial  sebaya adalah sebuah prosedur siswa mengajar kepada siswa lainnya. Karena siswa berperan aktif pada siswa lainnya, maka tipe pelaksanaannya mempunyai beberapa jenis. Pertama, pengajar dan pembelajar usianya sama. Kedua pengajar berusia lebih tua dari pembelajar.  Ketiga  dimunculkan pertukaran usia pengajar.
Muntasir (1985) mengemukakan bahwa tutor  berfungsi sebagai tukang atau pelaksana mengajar yang cara mengajarnya telah disiapkan secara khusus dan terperinci. Untuk menghidupkan suasana kompetitif, setiap kelompok harus terus dipacu untuk menjadi kelompok yang terbaik. Oleh karena itu, selain aktivitas anggota kelompok, peran ketua kelompok atau tutor sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan kelompok dalam mempelajari materi ajar yang disajikan. Ketua kelompok dipilih secara demokratis oleh seluruh siswa. Misalnya, jika di suatu kelas terdapat 46 siswa, berarti ada 9 kelompok dengan catatan ada satu kelompok yang terdiri atas 6 siswa. Sebelum diskusi kelompok terbentuk, siswa perlu mengajukan calon tutor. Seorang tutor hendaknya memiliki kriteria memiliki kemampuan akademis di atas rata-rata siswa satu kelas, mampu menjalin kerja sama dengan sesama siswa, memiliki motivasi tinggi untuk meraih prestasi akademis yang baik, memiliki sikap toleransi dan tenggang rasa dengan sesama, memiliki motivasi tinggi untuk menjadikan kelompok diskusinya sebagai yang terbaik, bersikap rendah hati, pemberani, dan bertanggung jawab, dan suka membantu sesamanya yang mengalami kesulitan.
Tutor atau ketua kelompok memiliki tugas dan tanggung jawab untuk  memberikan tutorial kepada anggota terhadap materi ajar yang sedang dipelajari,  mengkoordinir proses diskusi agar berlangsung kreatif dan dinamis,  menyampaikan permasalahan kepada guru pembimbing apabila ada materi ajar yang belum dikuasai,  menyusun jadwal diskusi bersama anggota kelompok, baik pada saat tatap muka di kelas maupun di luar kelas, secara rutin dan insidental untuk memecahkan masalah yang dihadapi, dan melaporkan perkembangan akademis kelompoknya kepada guru pembimbing pada setiap materi yang dipelajari.
Peran guru dalam metode diskusi kelompok terbimbing model tutor sebaya hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing terbatas. Artinya, guru hanya melakukan intervensi ketika betul-betul diperlukan oleh siswa. Fungsi lainnya adalah dengan adanya tutor sebaya siswa yang kurang aktif menjadi aktif karena tidak malu lagi untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas.
Sebagaimana diungkapkan oleh Muntasir bahwa dengan pergaulan  antara para tutor dengan siswanya mereka dapat mewujudkan apa yang terpendam dalam hatinya dan khayalannya. Tutor Sebaya merupakan salah satu strategi pembelajaran untuk membantu memenuhi kebutuhan siswa. Ini merupakan pendekatan kooperatif bukan kompetitif. Rasa saling menghargai dan mengerti dibina di antara peserta didik yang bekerja sama.
Tutor sebaya akan merasa bangga atas perannya dan juga belajar dari pengalamannya. Hal ini membantu memperkuat apa yang telah dipelajari dan diperolehnya atas tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Ketika mereka belajar dengan “tutor sebaya”, peserta didik juga mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk mendengarkan, berkonsentrasi, dan memahami apa yang dipelajari dengan cara yang bermakna. Penjelasan tutor sebaya kepada temannya lebih memungkinkan berhasil dibandingkan guru. Siswa melihat masalah dengan cara yang berbeda dibandingkan orang dewasa dan mereka menggunakan bahasa yang lebih akrab. Jadi sistem pengajaran dengan tutor  sebaya akan membantu siswa yang kurang mampu atau kurang cepat menerima pelajaran dari gurunya. Kegiatan tutor sebaya bagi siswa merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman yang sebenarnya merupakan kebutuhan siswa itu sendiri. Baik tutor maupun yang ditutori sama-sama diuntungkan, bagi tutor akan mendapat  pengalaman, sedangkan  yang ditutori akan lebih kreatif dalam menerima pelajaran.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dan hasil pengamatan penulis  di  di lapangan, meyakinkan penulis untuk menerapkan tutor sebaya dalam pembelajaran di sekolah. Hal ini akan memudahkan siswa untuk mengeluarkan pendapat atau pikiran  dan kesulitan kepada temannya sendiri daripada kepada guru, siswa lebih sungkan dan malu. Hal tersebut dimungkinkan karena di antara siswa telah terbentuk bahasa mereka sendiri, tingkah laku, dan juga  pertanyaan perasaaan yang dapat diterima oleh semua siswa.
Selain peer tutoring, juga harus dilakukan peer assessment yaitu penilaian kegiatan siswa oleh tutornya, tentu saja dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Metode ini dilakukan dengan cara memberdayakan kemampuan siswa yang memiliki daya serap yang tinggi. Siswa tersebut mengajarkan materi dan latihan soal kepada teman-temannya di kelas. Metode ini banyak sekali manfaatnya baik dari sisi siswa yang berperan sebagai tutor maupun bagi siswa yang diajar. Peran guru adalah mengawasi kelancaran pelaksanaan metode ini dengan memberi pengarahan, bimbingan, atau penjelasan bila diperlukan. Meskipun demikian harus diperhatikan oleh guru bahwa metode tutor sebaya memiliki kelemahan, yaitu tidak semua siswa dapat menjelaskan kepada temannya dan tidak semua siswa dapat menjelaskan kepada temannya dan tidak semua siswa dapat menjawab pertanyaan temannya. Berdasarkan paparan di atas, program tutorial pada dasarnya sama dengan program bimbingan, yang bertujuan memberikan bantuan kepada siswa agar dapat mencapai hasil belajar secara optimal.
Hamalik (1990) menyatakan bahwa tutorial adalah bimbingan pembelajaran dalam bentuk pemberian bimbingan, bantuan, petunjuk, arahan, dan motivasi agar para siswa belajar secara efisien dan efektif.  Subyek atau tenaga yang memberikan bimbingan dalam kegiatan tutorial dikenal sebagai tutor. Tutor dapat berasal dari guru atau pengajar, pelatih, pejabat struktural, atau bahkan siswa yang dipilih dan ditugaskan guru untuk membantu teman-temannya dalam belajar di kelas. Siswa yang dipilih guru adalah teman sekelas yang memiliki kemampuan lebih cepat memahami materi yang diajarkan, selain itu juga memiliki kemampuan menjelaskan ulang materi yang diajarkan pada teman-temannya. Karena siswa yang dipilih menjadi tutor ini dengan teman-temannya yang akan diberikan bantuan itu sebaya, maka tutor tersebut sering dikenal dengan sebutan tutor sebaya. Untuk menentukan seorang tutor ada beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh seorang siswa yaitu siswa yang dipilih nilai prestasi belajar matematikanya lebih besar atau sama degan delapan, dapat memberikan bimbingan dan penjelasan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dan memiliki kesabaran serta kemampuan memotivasi siswa dalam belajar.
Hal ini sesuai dengan pendapat Noorhayati (2007) yang menyatakan  bahwa dalam memilih tutor hendaknya memperhatikan tutor dapat diterima oleh siswa yang mendapat program perbaikan sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan untuk bertanya kepadanya, tutor dapat menerangkan bahan perbaikan yang dibutuhkan oleh siswa yang menerima program perbaikan, tutor tidak tinggi hati, kejam atau keras hati terhadap sesama kawan, tutor mempunyai daya kreativitas yang cukup untuk memberikan bimbingan, yaitu dapat menerangkan pelajaran kepada kawannya, siswa yang ditunjuk sebagai tutor akan ditugasi membantu siswa yang akan mendapat program perbaikan, sehingga setiap tutor harus diberikan petunjuk yang sejelas-jelasnya tentang apa yang harus dilakukan. Petunjuk ini memang mutlak diperlukan bagi setiap tutor karena hanya gurulah yang mengetahui kekurangan siswa, sedangkan tutor hanya membantu melaksanakan perbaikan, bukan mendiagnosis.
Para tutor dilatih untuk mengajarkan bahan berdasarkan silabus yang telah ditentukan. Hubungan antara tutor dengan siswa adalah hubungan antar kakak-adik atau antar kawan, kekakuan yang ada pada guru agar dihilangkan. Dalam kegiatan tutor sebaya, guru menjadi semacam staf ahli yang mampu mengatasi kesulitan yang dihadapai siswa.  Good ( dalam Muntasir 1985) menyatakan bahwa tutor juga dapat menjadi alat untuk menimbulkan motivasi pada pelajaran bermutu. Tutor ini juga memperoleh keuntungan berupa nilai pelajaran yang bertambah baik, sama dengan yang ditutori, terutama kalau fokusnya pada kemampuan kognitif.
Pendekatan tutor sebaya adalah suatu pendekatan pembelajaran di mana yang melakukan kegiatan pembelajaran adalah siswa itu sendiri. Siswa yang memiliki kemampuan lebih cepat menyerap materi pelajaran dapat membantu siswa yang kurang cepat menyerap materi pelajaran. Karena memiliki usia yang hampir sebaya, adakalanya seorang siswa lebih mudah menerima keterangan yang diberikan oleh kawannya yang lain karena tidak merasa enggan atau malu untuk bertanya. Pendekatan tutor sebaya ini cocok untuk mengajarkan matematika, terutama dalam menyelesaikan soal-soal cerita operasi bilangan pecahan. Apabila pendekatan ini digunakan oleh guru secara baik dengan memberikan bimbingan terlebih dahulu kepada siswa yang akan menjadi tutor, maka pendekatan tutor sebaya ini dapat membantu siswa dalam memahami materi operasi bilangan pecahan, sehingga kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal cerita operasi bilangan pecahan dapat ditingkatkan.
            Hamalik (1998) menyatakan tahap-tahap kegiatan pembelajaran di kelas dengan menggunakan pendekaatan tutor sebaya terdiri dari  tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Pada tahap persiapan guru melakukan kegiatan sebagai berikut. Pertama, guru membuat program pengajaran satu pokok bahasan yang dirancang dalam bentuk penggalan-penggalan sub pokok bahasan. Setiap penggalan satu pertemuan yang didalamnya mencakup judul penggalan tujuan pembelajaran, khususnya petunjuk pelaksanaan tugas-tugas yang harus diselesaikan. Kedua, menentukan beberapa orang siswa yang memenuhi kriteria sebagai tutor sebaya. Jumlah tutor sebaya yang di tunjuk disesuaikan dengan jumlah kelompok yang dibentuk. Ketiga, mengadakan latihan bagi para tutor. Dalam pelaksanaan tutorial atau bimbingan ini, siswa yang menjadi tutor bertindak sebagai guru. Sehingga latihan yang diadakan oleh guru merupakan semacam pendidikan guru atau siswa itu. Latihan di adakan dengan dua cara yaitu melalui latihan kelompok kecil dimana dalam hal ini yang mendapatkan latihan hanya siswa yang akan menjadi tutor, dan melalui latihan klasikal, di mana siswa seluruh kelas dilatih bagaimana proses pembimbingan ini berlangsung. Keempat, mengelompokan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang yang terdiri atas 4-6 orang. Kelompok ini disusun berdasarkan variasi tingkat kecerdasan siswa.  Pada tahap pelaksanaan guru memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang materi yang di ajarkan, siswa belajar dalam kelompoknya sendiri. Tutor sebaya menanyai anggota kelompoknya secara bergantian akan hal-hal yang belum dimengerti, demikian pula halnya dengan menyelesaikan tugas. Jika ada masalah yang tidak diselesaikan barulah tutor meminta bantuan guru, dan curu mengawasi jalannya proses belajar, guru berpindah-pindah dari satu kelompok ke kelompok yang lain untuk memberikan bantuan jika ada masalah yang tidak dapat diselesaikan dalam kelompoknya. Pada tahap evaluasi, sebelum kegiatan pembelajaran berakhir, guru memberikan soal-soal latihan kepada anggota kelompok (selain tutor) untuk mengetahui apakah tutor sudah menjelaskan tugasnya atau belum, dan mengingatkan siswa untuk mempelajari sub pokok bahasan sebelumnya di rumah.

Integrasi Pembelajaran Remidi dengan Tutor Sebaya
Belajar adalah suasana hati.  Hati yang senang membuat siswa mempunyai kemauan dan motivasi yang tinggi untuk memahami konsep sehingga dengan cara yang tidak memaksakan akan tercipta ketuntasan minimal, baik untuk siswa maupun kelas. Belajar yang menyenangkan tersebut dapat dilakukan dengan model pembimbingan tutor sebaya yang dilakukan dalam pembelajaran remidi. Secara umum langkah yang ditempuh adalah (1) Dalam sebuah pembelajaran kelas tentukan berapa banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar atau belum mencapai ketuntasan minimal.  (2) Dipilih dalam kelas, siswa yang kemampuannya di atas rata-rata kelas dan bertugas sebagai tutor bagi teman-teman dalam kelas yang masih mengalami kesulitan. (3)  Dibuat kelompok dalam kelas yang anggotanya  4-5 siswa dan merupakan sisw-iswa yang belum mencapai ketuntasan belajar. (4) Ditentukan dalam kelompok masing-masing satu orang tutor yang bertugas melakukan pembimbingan kelompok, dan tutor terlebih dahulu mendapat penjelasan seperlunya dari guru sebagai fasilitator. (5) Tutor melakukan pembimbingan berulang-ulang sehingga anggota dalam kelompok betul-betul memahami konsep yang diberikan. (6) Tutor melakukan tes sebagai langkah akhir dalam pembelajaran  yang soal-soal tes ditentukan dan koordinasikan dengan guru (7) Jika dalam evaluasi masih ada anggota kelompok yang belum mencapai ketuntasan belajar, maka tugas tutor adalah melakukan penjelasan secara remidi.

IMPLIKASI YANG DIHARAPKAN
Model pembelajaran yang menggabungkan pembelajaran remidial  dengan tutor sebaya berimplikasi pada prestasi siswa terutama pada persoalan-persoalan analisis maupun problem posing.  Artinya, siswa yang sulit menyelesaikan secara mandiri, dengan cara berkelompok yang dibimbing tutor  teman dalam kelas dapat dilakukan penyelasaiannya. Khusus yang berkaitan dengan problem posing adalah bagaimana siswa dapat menyusun pertanyaan dan membuat soal berdasarkan data atau permasalahan yang diberikan.
Menurut hasil penelitian  Akrom (2006), Sitti Rahmawati (2006), Rofiqoh Nurhayati (2009),  Sobari Mizan (2006), Ahmad Sudrajat (2008),  dengan melakukan modifikasi pembelajaran remidi dengan tutor sebaya hasil belajar siswa yang ditunjukkan oleh skor ketuntasan individu maupun klasikal mengalami  peningkatan secara signifikan. Meskipun ada beberapa kendala yang harus dierhatikan oleh guru bahwa tidak semua pertanyaan dapat dijawab oleh siswa dan tidak semua siswa dapat menjawab pertanyaan kelompok-kelompok yang dibentuk dalam kelas.

DAFTAR RUJUKAN

_________2008. Pembelajaran Remedial. (online), (http://www,dikmenum.go.id, diakses tanggal 9 Mei 2009)

Ahmad Sudrajat. 2008. Pembelajaran Remedial dalam KTSP. (online), (http://ahmadsudrajat.wordpress.com , diakses 4 Mei 2009).

Arkom. 2004. Penerapan Metode Tutor Sebaya dalam Pembelajaran di SMK. Makalah: Tidak Dipubilkasikan.

Boon R. 2005. Remidiation of Reading, Spelling, and Comprehension. Sidney: Harris Park

Departemen Pendidikan Nasional, 2008. Sistem Penilaian Kurikulum Tingkat Satuan    Pendidikan: Panduuan Pembelajaran Remidial. Jakarta: Depdiknas.

Djalil Aria dkk. 1997. Pembelajaran Kelas Rangkap. Jakarta : Depdikbud.

M. Saleh Muntasir, 1985. Pengajaran Terprogram. Jogjakarta: Karya Anda.

PP Nomor 22 tahun 2006 : Standar Kompetensi Kelulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Rienties B, Martin Rehm, and J Dijktra, 2005. Remedial online Teaching in Theory and Practice, Netherland: Maastricht University Publ.

Rofiqoh Noorhayati, 2009. Meningkatkan kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal-soal Cerita Operasi Bilangan Pecahan dengan Menggunakan Pendekatan Tutor Sebaya pada kelas VIIA SMP Negeri 3 Palangga. (online), (http://www.pendidikan-matematika.blogspot.com, diakses tanggal 10 Mei 2009).


·) Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan MIPA IKIP Budi Utomo Malang